![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKV7LprIucA1o2gv9kqpU7DTR9w6CmYYCtklLyuk_uLzvnPRwP58-ndu6Cr9Ygkj4URXTypC51X7nJaD8jkkrDiRftmh3dI1K1ltl1Kkw4lkeHaTpU_NkKavdyoN7-HV_T50dWNoVqyHk/s200/motor.jpg)
Kalau bicara
tentang teknologi, maka sains tidak dapat ditinggalkan, keduanya taut-bertaut
dan tertambat satu sama lain. Perkembangan yang satu hanya akan mungkin dengan
dan akan digalakkan oleh perkembangan yang lain, keduanya saling
topang-menopang, tolong-menolong dan saling tarik menarik mencari dan mengejar
kesempurnaan. Sains dan teknologi tidak lepas dari kodrat manusia, tumbuhnya
karena sifat manusia, dan keduanya adalah untuk memberikan kepuasan kepada
manusia.
Manusia
hidup di masyarakat yang sudah memiliki sistem nilai, suatu “value system”
tradisional. Tiba sekarang teknologi, suatu pembaharu, suatu “agent of change”
yang pasti akan membawakan perubahan dalam sistem nilai masyarakat. Masyarakat
yang tradisional itu tidak selalu akan mudah menerima perubahan itu, apalagi yang
menggoncangkan kedudukan “penguasa-penguasa” di masyarakat. Dan kalaupun
diterima, inertia (kelambanan) masyarakat acapkali akan membuat perubahan
teknologis yang cepat itu tidak dapat diikuti oleh perubahan yang serasi dalam
masyarakat, dengan segala dampak negatifnya.
Kalau cukup
waktu, perubahan teknologis dan penyesuaian di masyarakat akan berjalan dengan
mulus dan lancer, tetapi lambat, seperti sering kita lihat di mana yang lampau,
oleh karena di waktu itu percepatan perubahan teknologis memang masih rendah.
Misalnya perubahan yang disebabkan oleh perkembangan jalan-jalan kereta api
memang besar, tetapi dapat diikuti oleh masyarakat.